Demonstrasi
atau biasa disebut sebagai aksi oleh sebagian mahasiswa, menurut saya adalah
suatu tindakan berkelompok untuk menyalurkan aspirasinya secara langsung, hal
ini seringkali berkaitan erat dengan kebijakan pemerintah. Namun kini
demonstrasi saya rasa kadang mulai berubah menjadi sarana saling menjatuhkan dalam persaingan
politik, hal itu ditandai dengan fakta adanya demonstran bayaran. Dalam
melakukan demonstrasi banyak cara yang bisa dilakukan, mulai dari long march, aksi treatikal, sampai
beberapa aksi yang mulai menjurus ke arah kekerasan.
Pada
masa reformasi demonstrasi sangat
identik dengan kaum mahasiswa. Pada masa
itu suatu tindakan yang sangat berani untuk bisa menyampaikan pendapat dan
kritikan terhadap pemerintahan secara langsung di ruang publik, sehingga
demonstrasi mahasiswa saat itu bisa menimbulkan efek yang luas dan nyata.
Dengan cara ini pulalah saat itu mahasiswa berhasil merobohkan era Orde Baru.
Saat
ini demontrasi sudah menjadi hal biasa terjadi. Semenjak masa reformasi
kebebasan menyampaikan pendapat baik secara lisan maupun tulisan telah dijamin
oleh konstitusi. Bahkan pada awal reformasi muncul suatu fenomena adanya
kebebasan penyampaian pendapat yang tanpa batas, sehingga tidak tepat lagi.
Kini perlahan muncul keseimbangan dalam kebebasan menyampaiakan pendapat di
Indonesia.
Seiring dengan kebebasan
menyampaikan pendapat ini, kini demonstrasi
tak lagi menjadi monopoli kaum mahasiswa namun buruh, guru dan
golongan-golongan lain biasa melakukan hal yang sama. Dan dari sinilah mulai
muncul stigma baru mengenai demonstrasi yang bukan lagi suatu tindakan heroik
dalam perjuangan suara rakyat, namun lebih ke suatu tindakan masa yang mulai menjurus
pada kerusuhan dan sebagian perlahan menjadi gangguan ketertiban masyarakat. Hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai adanya
menejemen aksi dan tingkat intelektualitas pelaku demonstrasi yang berujung
pada pertanyaan besar mengenai efektifitas dari demonatrasi itu. Kini akan kita
lihat sejauh mana efektifitas demonstrasi baik oleh kaum mahasiswa baik bersama
ataupun oleh golongan-golongan masyarakat lain dalam menentang rencana kenaikan
BBM.
tulisan pertamaku yang dimuat di media masa ( harian JogloSemar 29-03-2012 rubrik akademia-persepsi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar